Enough! (Part 1)



Cast :
-          Aleta Alberto De Silva
-          Andrea Iannone
-          Dani Pedrosa Ramal
-          Other cast...
Happy Reading! ^^
            Pagi yang sangat indah di ibukota Belgia. Tampak beberapa penduduk negara penghasil coklat tersebut berlalu lalang di sepanjang jalan utama kota Brussel. Aleta yang baru saja menyelesaikan sarapan segera bergegas mengenakan mantel cokelat yang ia letakan di stand hanger dekat pintu utama apartemennya. Gadis itu segera menuju lantai dasar bangunan bercat cornsilk itu, tak berapa lama ia telah berada di dalam taksi yang akan membawanya menuju kantor tempat ia bekerja.
            “Terima kasih” sapa Aleta sembari memberikan beberapa lembar uang pecahan dolar kepada pengemudi taksi tersebut setelah tiba di depan bangunan bertingkat yang sebagian gedungnya terbuat dari kaca reyban gelap.
            Aleta segera menuju lift yang berada tak jauh dari pintu utama. Ia segera menuju meja kerjanya setelah tiba di lantai tiga gedung itu. Dengan teliti ia memeriksa beberapa pekerjaan yang sempat tertunda kemarin. Mata gadis itu terhenti pada sebuah foto yang terletak di sudut meja. Seketika senyum simpul tersungging di bibir gadis itu. Ia segera memeriksa kalender yang terletak di atas meja.
            ‘Dua hari lagi’ batinnya “Amsterdam” senyum Aleta.
^^^
            Dengan teliti Aleta memeriksa tas koper yang telah ia siapkan untuk keberangkatannya besok pagi. Gadis itu segera memutar pandangannya tak lama setelah ponsel silver yang ia letakkan diatas ranjang tidurnya berdering. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya, gadis itu segera menjawab telfon tersebut.
            “Selamat malam. Bagaimana dengan pekerjanmu hari ini?” tanya Andrea dari seberang telfon.
            “Selamat malam juga, pekerjaan ku hari ini berjalan lancar. Tidak ada masalah” jawab Aleta “Bagaimana dengan mu?”
            “Baguslah jika seperti itu” Andrea tersenyum. “Hari ini aku baru saja mengirimkan beberapa desain bangunan baru, semoga saja mereka tertarik dengan salah satu desain itu”
            “Hmm..aku percaya salah satu desainmu pasti akan memikat mereka, apalagi jika mereka tau gambaran itu hasil karya Andrea Iannone salah seorang arsitek terbaik dari Italia”
            “Haha aku rasa kau terlalu berlebihan” Andrea tertawa mendengar ucapan kekasihnya itu. “Apa rencanamu untuk besok?”
            “Hmm,,besok aku ingin meminta bantuanmu jika kau tidak keberatan” Aleta menggigit bibirnya.
            “Haha..tentu saja aku tidak akan keberatan sama sekali” tawa Andrea. “Kau ingin meminta bantuan apa? Katakan saja!”
            “Aku ingin besok kau menjemputku di bandara” Aleta menghentikan ucapannya. “Bagaimana? Apa kau bisa?” tanya Aleta sedikit mematung.
            “Apa? Besok kau akan datang ke Amsterdam?” tanya Andrea seakan tak percaya. “Mengapa kau tidak memberitahuku dari awal. Aku bisa mempersiapkan sesuatu untukmu”
            “Haha..tidak perlu mempersiapkan apapun untuk kedatanganku, dengan melihatmu saja aku sudah bahagia. Lagi pula aku ke Amsterdam bukan untuk liburan. Ada tugas kantor yang harus aku selesaikan disana” Aleta tertawa kecil. “Jadi bagaimana? Bisa?”
            “Tentu saja bisa. Bila kau sudah berangkat segera beritahu aku. Mengerti?” pinta Andrea.
            “Ku rasa aku akan menghubungimu setiba di bandara saja agar kau tidak terlalu lama menunggu” ucap Aleta menjelaskan.
            “Tidak tidak. Aku tidak ingin kau menunggu terlalu lama di bandara. Biarkan aku yang menunggumu” ujar Andrea, terdengar sedikit paksaan pada nada suaranya.
            “Oke baiklah jika itu maumu” Aleta hanya mengiyakan ucapan Andrea tadi.
            “Ya sudah, ini sudah larut malam segeralah beristirahat. Besok pagi kau harus berangkat ke bandara” pinta Andrea.
            “Baiklah. Jangan lupa jaga kesehatanmu dan jangan terlalu larut untuk beristirahat. Mengerti?” tanya Aleta.
            “Akan ku pastikan itu” jawab Andrea.
            “Baiklah. Selamat malam” ucap Aleta mengakhiri telfonya.
            “Selamat malam” balas Andrea menutup telfon.
^^^
            Matahari pagi belum menampakan wujudnya, hanya saja pancaran cahayanya yang telah menerangi pucuk-pucuk gedung kota Brussel. Aleta yang harus berangkat pukul delapan pagi ini, telihat tengah sibuk mempersiapkan sarapannya. Gadis itu lebih memilih membuat sarapannya sendiri walaupun ia dapat membeli sarapan yang lebih praktis diluar sana.
             Deringan ponsel milik Aleta membuat gadis itu menghentikan sejenak aktivitasnya. ‘Mr. Eugene’ nama itulah yang tertera disana, dengan cepat ia men-slide layar ponselnya itu.
            “Selamat pagi Tuan” sapa Aleta memulai percakapan.
            “Ya, selamat pagi Aleta” balas Eugene selaku direktur utama tempatnya bekerja. “Bagaimana, apa kau sudah siap untuk keberangkatanmu hari ini? Aku akan mengirimkan sebuah taksi untuk mengantarmu ke bandara. Karena jika pagi seperti ini akan sulit menemukan taksi yang kosong”
            “Tentu saja aku siap Tuan” jawab Aleta menjanjikan. “Terima kasih untuk taksinya. Maaf jika itu merepotkanmu Tuan”
            “Tidak perlu berterima kasih. Itu tidak begitu merepotkan untuk karyawan sepertimu” Eugene tersenyum. “Ya sudah, semoga berhasil dengan tugasmu di sana”
            “Baik Tuan” Aleta tersenyum seraya merapikan sisa sarapannya.
            “Ya, selamat pagi” ucap Eugene mengakhiri telfonnya.
            “Selamat pagi Tuan” balas Aleta tersenyum.
            Setelah mengakhiri panggilan masuk tersebut, Aleta segera melanjutkan kembali aktivitasnya dan segera bersiap-siap untuk berangkat ke bandara. Tak berapa lama setelah Aleta meninggalkan apartemennya, sebuah taksi menghampiri gadis bermantel abu-abu itu.
            “Permisi nona. Apakah kau Aleta Alberto De Silva karyawan dari perusahaan Flander yang akan berangkat ke bandara?” tanya pengemudi taksi tersebut dengan secarik kertas ditangannya.
            “Ya, benar sekali” jawab Aleta.
            “Aku baru saja mendapat telfon dari Tuan Eugene untuk mengantarkanmu ke bandara nona” ucap pengemudi itu ramah. “Mari silahkan masuk nona, biar ku bawa barang-barangmu” lanjutnya sembari membuka pintu taksi.
            “Baiklah, terima kasih” ucap Aleta ramah.
            Ditengah perjalanan Aleta mencoba menghubungi Andrea, bermaksud memberitahu bahwa ia akan segera berangkat. Tidak ada jawaban dari telfonnya. Ia segera mengirimkan pesan singkat kepada lelaki itu.
^^^
            Pesawat yang membawa Aleta dari Belgia menuju Amsterdam kini telah take off dan tak butuh waktu lama pesawat itu telah mendarat sempurna di Amsterdam Schiphol Airport. Andrea yang mengetahui bahwa pesawat yang membawa Aleta telah landing, segera menghampiri pintu kedatangan di Schiphol Airport. Ia benar-benar tidak sabar ingin melihat kekasihnya yang telah satu tahun lebih tidak bertemu dikarenakan kesibukan mereka masing-masing.
            Dengan membawa satu buah koper berukuran sedang dan sebuah tas jenis hobo bag, Aleta berjalan dengan langkah beraturan melewati petugas bandara yang berjaga di sekitaran pintu tersebut. Andrea yang melihat keberadaan Aleta disana segera menghampiri gadis itu.
            “Aleta” Andrea sedikit menaikkan nada suaranya.
            Aleta yang sudah tak asing lagi dengan suara tersebut, segera memutar pandangannya kearah sumber suara.
            “Andrea” Aleta tak percaya seseorang yang selama ini hanya dapat ia dengar suaranya kini telah berdiri tepat disampingnya. Seketika airmata memenuhi pelupuk mata gadis itu.
            Andrea yang melihat ada sedikit air mata yang berhasil keluar dari ekor mata Aleta, segera membawa tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Aleta membalas pelukan kekasihnya itu.
            Setelah cukup lama, Andrea mengangkat lembut kepala gadis dihadapannya dan mencium dalam puncak kepala gadis itu.
            “Apa kita sudah bisa pulang sekarang?” tanya Andrea sembari menghapus air mata yang kini telah membasahi pipi Aleta.
            “Ehem, tentu saja” jawab Aleta.
            “Ayo, sini biarku bawakan kopermu” ucap Andrea sembari menggenggam erat tangan Aleta.
^^^
            Seharian ini Aleta hanya menghabiskan waktunya di apartemen Andrea dengan sebuah laptop hitam miliknya. Andrea tidak memperbolehkan Aleta untuk menyewa apartemen lain, dengan alasan ketidak amanan apartemen yang ada di negara kincir angin tersebut. Gadis itu terlihat sibuk merancang desain interior sebuah pelabuhan yang ditugaskan kepadanya. Andrea yang melihat hal itu, segera menghampiri Aleta dengan membawa secangkir cappuccino buatannya dan satu piring makanan ringan. Lelaki itu tau benar jika Aleta begitu sangat menyukai cappuccino walaupun dimalam hari.
            “Dari tadi kau tampak begitu sibuk dengan tugasmu, sampai-sampai kau belum istirahat sama sekali” Andrea meletakkan makanan ringan dan cappuccino itu didekat Aleta.
             “Ehem.. tapi kau tenang saja, sebentar lagi aku akan menyelesaikannya dan akan segera beristirahat setelah itu” Aleta tersenyum melihat Andrea yang duduk di sampingnya.
            “Baiklah” Andrea sedikit menaikan alis matanya. “Jika kau ingin beristirahat, kau dapat menggunakan kamar yang ada di sebelah meja makan. Bila kau membutuhkan sesuatu kau bisa memanggilku, aku ada di kamar utama. Mengerti?”
            “Hmm..oke baiklah” Aleta tersenyum dan kembali berfokus pada laptop dihadapannya.
            “Ya sudah, aku tidur dulu” Andrea sedikit tersenyum dan tak lupa ia mengelus lembut kepala Aleta sebelum berlalu ke ruang tidur.
^^^
            Cuaca kota Amsterdam pagi itu lebih dingin dari biasanya di karenakan hujan yang cukup deras mengguyur sebagian besar kota. Aleta yang bangun sedikit lebih siang segera menuju bagian dapur apartemen, ia berniat menyiapkan sarapan untuknya dan Andrea pagi ini.
            “Jam berapa kau istirahat semalam?” Andrea yang baru saja keluar dari kamar tidurnya segera menodongkan pertanyaan kepada gadis yang dapat ia jangkau keberadaannya disana.
            “Tidak begitu larut” Aleta melihat sekilas ke arah lelaki itu dan segera membawa sarapan ke meja makan. “Sekitar jam dua belas lebih” ucap gadis itu tersenyum.
            “Tidak begitu larut katamu? Kau tidur diatas jam dua belas malam dan kau masih mengatakannya bahwa itu tidak larut?” Andrea menaikkan nada suaranya.
            “Hey.. Ada apa denganmu?” Aleta sedikit menyerngitkan dahinya. “Ku rasa aku tidak melakukan suatu kesalahan yang cukup besar, bisakah kau menurunkan sedikit nada suaramu itu” ucap Aleta sembari meletakkan dua cangkir cappuccino diatas meja.
            “Baiklah” Andrea memejamkan matanya sekejap. “Aku tidak ingin kau terlalu sibuk dan terus memikirkan pekerjaanmu sehingga membuat waktu istirahatmu semakin berkurang. Ayolah, jaga kesahatanmu” Andrea menatap Aleta yang duduk di sisi lain meja makan.
            Aleta yang sedang menikmati sarapannya tersontak kaget mendengar ucapan lelaki itu.
            “Apa? Kau tidak ingin aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku?” Aleta menatap intens Andrea yang juga sedang menatapnya. “Aku datang kesini untuk bekerja, untuk pekerjaanku, aku disini hanya dijadwalkan satu minggu dan semuanya itu harus selesai. Jadi ku mohon jangan memintaku untuk tidak memikirkan pekerjaanku”
            Aleta beranjak dari meja makan, ia segera meraih tas dan mentel abu-abunya.
            “Aleta hey, kau mau kemana? Aleta!” Andrea mencoba menghentikan langkah gadis itu tanpa beranjak dari meja makan.
            Aleta yang tak menghiraukan ucapan Andrea segera berlalu dengan menutup kasar pintu apartemen itu.
^^^
            Aleta memutuskan pergi ke salah satu taman yang cukup ramai –walaupun saat hujan seperti ini— dan letaknya tak jauh dari proyek pelabuhan tempat ia ditugaskan. Gadis itu tak menghiraukan rintik hujan yang kini mulai membasahi mantelnya, ia menatap kosong luas lautan yang ada didepannya, ucapan Andrea tadi seolah terus bergelanyut dikepalanya.
            “Permisi. Apa aku boleh bergabung?” tanya seorang lelaki memecahkan keheningan.
            “Oh ya, tentu saja” jawab Aleta tersenyum.
            “Terima kasih” lelaki itu tersenyum. “Sepertinya kau menyukai tempat ini”
            “Ya..sedikit lebih tenang disini” ucap Aleta.
            “Ya. Dan akan lebih sejuk lagi jika tidak hujan” tawa lelaki itu. “Oh ya, perkenalkan aku Dani Pedrosa dan siapa namamu?” tanya Dani sembari menyodorkan tangannya.
            “Aleta Alberto De Silva” jawab gadis itu membalas jabatan tangan Dani.
            “Sepertinya aku belum pernah melihatmu sebelumnya” Dani menatap bingung gadis disampingnya itu. “Dari mana asalmu?”
            “Ehem..aku berasal dari Barcelona, namun aku bekerja di perusahaan Flander Belgia dan untuk saat ini aku ditugaskan disini” Aleta tersenyum.
            “Oh ya? Aku juga berasal dari Barcelona hanya saja dari daerah Sabadell dan saat ini aku bekerja sebagai manajer di perusahaan Lyondell” jawab Dani tersenyum “Nampaknya hujan akan semakin deras, apakah kau bisa menemaniku untuk sekedar minum kopi mungkin? Ayolah, anggap saja sebagai salam perkenalan. Bagaimana?”
            “Baiklah” Aleta tersenyum.
^^^
            Aleta menatap kosong jendela besar di sisi kirinya. Gadis itu sengaja memilih meja yang mana salah satu sisinya menghadap ke arah lautan.
            “Ayo silahkan diminum” sapa Dani sembari meletakkan secangkir kopi putih dihadapan Aleta.
            “Terima kasih” ucap Aleta yang kemudian menyeruput kopi putih itu.
            “Apa kau sudah lama datang ke sini?” tanya Dani sambil mengaduk kopi putih dihadapannya.
            “Tidak. Baru dua hari yang lalu aku tiba di Amsterdam. Tapi sepertinya aku sudah mulai menyukai kota ini” jawab Aleta tersenyum.
            “Haha kau sama sepertiku. Saat pertama kali aku berkunjung ke Amsterdam tempat inilah yang pertama kali aku datangi” Dani tertawa kecil. “Oh iya, apakah kau ingin berkeliling kanal bersama ku? Ayolah!” Dani segera menarik pergelangan tangan Aleta.
^^^
            Aleta yang masih berdiri ditepian kanal dikagetkan dengan deringan ponsel miliknya. Gadis itu segera mengambil ponselnya yang sedari tadi ia letakkan di saku mantel miliknya ‘Andrea’ nama itulah yang tertulis di layar ponsel itu.
            “Aleta kemarilah” pinta Dani yang telah duduk di kapal kecil yang akan membawa mereka menelusuri kanal itu.
            Aleta segera menonaktifkan ponselnya, lalu ia pun berjalan menghampiri Dani.
            “Sini aku bantu” Dani menyodorkan tangannya.
            “Baiklah. Terima kasih” Aleta menyambut tangan Dani.
            “Apa kau menyukainya?” tanya Dani memecahkan keheningan.
            “Ehem, tentu saja” jawab Aleta tersenyum.
^^^
            Sore itu cuaca dingin masih memenuhi kota Amsterdam. Aleta yang sedang menikmati cappuccino hangat di salah satu kursi taman yang ada dipinggiran jalan utama, segera mengambil ponselnya. Ia kembali mengaktifkan benda itu setelah sekitar enam jam lamanya ia menonaktifkan ponsel itu. Ada sekitar sepuluh panggilan masuk dan delapan pesan singkat dari Andrea.
            “Kau tinggal dimana? Biar ku antar kau pulang” tanya Dani.
            “Aku tinggal tidak jauh dari sini di apartemen yang terletak dipertigaan jalan sana. Hmm.. kau tidak perlu mengantarku, aku tidak ingin merepotkanmu, lagi pula aku telah meminta seseorang untuk menjemputku” jawab Aleta tersenyum.
            “Kau yakin?” tanya Dani.
            “Ehem..Kau pulang saja. Sebentar lagi yang akan menjemputku juga datang” jawab Aleta.
            “Baiklah jika seperti itu” ucap Dani. “Sampai jumpa di lain waktu” ucap Dani sembari berjalan menuju mobil hitam miliknya.
^^^
            Aleta menghabiskan malamnya dengan sebuah laptop hitam dan secangkir teh hangat. Dengan teliti gadis itu memeriksa tugas kantor yang diberikan kepadanya. Sesekali ia berdiri pada tepian balkon lantai lima di sebuah hotel tempat ia menginap. Pemandangan langit malam terlihat begitu indah, ditambah hiasan lampu bangunan yang ada disekitarnya dan cahaya lampu jalan serta beberapa lampu kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana. Sempurna.
            Deringan ponsel milik Aleta membuyarkan lamunannya. Diraihnya benda pipih itu dan segera me-reject panggilan masuk dari Andrea. Kembali ia berfokus pada pekerjaannya setelah menonaktifkan ulang ponselnya.
            Keadaan malam yang semakin larut dan dinginya cuaca malam yang makin menusuk membuat Aleta menghentikan aktivitasnya. Sekilas mata gadis itu melihat jam tangan silver miliknya yang menunjukkan pukul 01:30 a.m. ia kemudian mengaktifkan kembali ponselnya. Ada tiga panggilan masuk dan sepuluh pesan singkat dari Andrea.
            `Aleta dimana kau sekarang? Aku sangat mencemaskanmu. Kirimkan alamat keberadaanmu biar aku menjemputmu pulang` tulis Andrea pada pesan singkatnya.
            `Aku baik-baik saja, kau tak perlu mencemaskanku` balas Aleta pada pesan singkat itu.
^^^
            Matahari pagi telah lebih tinggi delapan puluh derajat dari tempat persembunyiannya. Aleta segera merapikan barang-barang miliknya yang telah ia biarkan tercecer semalaman. Setelah memastikan semuanya telah rapi ia segera melakukan check out dari hotel tersebut.
            Gadis itu kemudian menuju kafetaria yang berada diseberang jalan, ia segera memesan secangkir cappuccino dan beberapa cemilan kecil. Dani yang lebih dulu berada disana segera menghampiri gadis itu.
            “Hi. Bagaimana kabarmu?” tanya Dani sembari membawa secangkir minuman miliknya yang kemudian mengambil posisi duduk di sisi kiri Aleta.
            “Hi, kabar baik. Senang bertemu denganmu” jawab Aleta tersenyum.
            “Ehem. Jam berapa kau tiba di apartemenmu semalam?” tanya Dani.
            “Sebenarnya aku semalam tidak pulang ke apartemen. Aku sedang ada masalah dengan Andrea” jawab Aleta. “Andrea itu kekasihku, dia memintaku untuk tinggal bersamanya disini, dia khawatir jika aku menyewa apartemen lain karena keamanan disini yang masih ia ragukan. Tapi sepertinya ia tidak menyukai apabila aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku”
            “Mengapa kau tidak mengatakannya padaku. Kau bisa tinggal bersamaku jika kau mau. Aku telah menganggapmu seperti adikku sendiri” ucap Dani.
            “Kemarin kau telah banyak membantuku, aku tidak ingin merepotkanmu” ucap Aleta tersenyum.
            “Baiklah. Biar nanti ku antar kau pulang” pinta Dani.
            “Tidak, terima kasih. Aku tidak ingin kau jadi sasaran kemarahannya, lagi pula aku bisa pulang sendiri” Aleta tersenyum.
            “Baiklah jika menurutmu itu yang terbaik” ucap Dani.
^^^
            Aleta membuka pelan pintu apartemen Andrea, setibanya di apartemen itu ia segera meletakan mantel miliknya pada stand hanger yang berada tak jauh dari pintu tunggal apartemen tersebut.
            “Darimana saja kau?” tanya Andrea yang sedang sibuk dengan beberapa rancangan proyek miliknya. “Apa kau tau aku sangat mencemaskanmu” lanjutnya sembari menghampiri Aleta. Kini lelaki itu sedikit menaikkan nada suaranya.
            Aleta tersontak mendengar suara keras Andrea, ia sepertinya ingin kembali pergi dari sini.
            “Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Apa seperti ini balasanmu jika aku memberitahumu? Aku hanya meminta agar kau menjaga kesehatanmu. Itu saja tidak lebih” terdengar nada marah disana.
            “Jadi ini maksudmu memintaku untuk segera kembali? Kau ingin aku disini untuk menambah masalah dan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah diantara kita. Membuat masalah ini semakin menjadi perdebatan yang besar?” ucap Aleta. “Apa kau lihat? Kau tidak menanyakan keadaanku terlebih dahulu. Kau selalu mengutamakan egomu. Kau berubah. Kau egois.” Aleta segera menuju kamar tidurnya tanpa memperdulikan Andrea.

To be continue ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Enough! (Part 2)