Enough! (Part 2)
Siang ini kota Amsterdam masih diselimuti cuaca dingin
walaupun matahari memancarkan cahayanya, namun sinarnya tetap mengalah pada
dinginnya angin. Dengan cepat Aleta membuka pintu apartemen lima lantai
tersebut.
“Apa kau sudah memesankan tiket untukku?” tanya Aleta
pada seseorang diseberang telfon. Ya ini adalah hari terakhir Aleta di negara
penghasil bunga tulip itu.
Andrea tersontak mendengar pertanyaan Aleta yang memang
bukan ditujukan kepadanya. Segera ia menghampiri Aleta dan meninggalkan
laptopnya yang sudah beberapa jam menemaninya.
“Kau yakin akan segera pulang secepat ini?” tanya Andrea
yang sedikit membuat Aleta mematung.
‘Mengapa kau begitu perduli disaat aku akan
meninggalkanmu? Sementara selama satu minggu disini hanya pertengkaran yang ku
dapat darimu hampir di setiap hari’ batin Aleta.
“Hmm..
oke baiklah. Nanti kita sambung lagi. Bye” ucap Aleta memutuskan telfonnya.
“Ya, aku akan pulang. Tugasku telah selesai disini” Aleta tersenyum sempurna.
“Apa kau tidak ingin tinggal lebih lama lagi? Untuk
sekitar dua atau tiga hari lagi mungkin? Setelah itu aku akan ikut denganmu ke
Belgia” tanya Andrea.
“Hmm.. aku tidak ingin merepotkanmu. Lagi pula aku tidak
pulang ke Belgia melainkan ke Spanyol” jawab Aleta tersenyum. “Aku telah menyelesaikan
tugasku disini dan belum ada tawaran pekerjaan baru dari perusahaan untukku.
Sehingga aku memutuskan untuk pulang ke Barcelona” lanjutnya.
“Itu artinya kau tidak akan datang ke Amsterdam lagi?”
tanya Andrea.
“Aku tidak bisa menjanjikan itu” jawab Aleta. “Kau jangan
khawatir. Kita akan baik-baik saja. Ini bukan untuk pertama kalinya kita
berjauhan, bukankah sebelumnya kita selalu seperti ini? Bertemu dan kemudian
kembali berjauhan. Aku yakin hatimu mampu untuk ini. Apa kau ingat kita pernah melewatkan
satu tahun tanpa bertemu sama sekali. Jadi untuk sekedar berjauhan lagi itu
bukanlah hal yang sulit. Percayalah”
Andrea segera menarik tubuh Aleta kedalam pelukannya dan
mengecup lembut puncak kepala gadis itu.
“Kapan kau akan berangkat ke Spanyol?” tanya Andrea.
“Besok pagi. Aku mendapatkan tiket penerbangan pukul
sembilan tiga puluh” jawab Aleta.
“Baiklah. Besok aku akan mengantarmu ke bandara” ucap
Andrea.
“Hmm.. Oke tidak masalah” Aleta tersenyum.
^^^
Keadaan bandara pagi itu belum nampak begitu ramai. Aleta
yang ditemani Andrea memutuskan untuk duduk disalah satu kursi yang berada tak
jauh dari pintu keberangkatan. Beberapa tas milik Aleta telah tersusun rapi di
troli.
“Apa dia sudah datang?” tanya Andrea.
“Belum. Tapi tunggu sebentar, itu sepertinya Dani” jawab
Aleta sembari melihat kesalah satu arah.
“Hi, maafkan aku membuat kalian menunggu. Tadi aku
sedikit terjebak kemacetan” sapa Dani.
“Tidak masalah, lagi pula aku belum terlalu lama
menunggu” ucap Aleta tersenyum. “Oh iya, kenalkan ini Andrea yang sering aku
ceritakan padamu dan Andrea kenalkan ini Dani temanku yang juga berasal dari
Barcelona” lanjut Aleta yang kemudian diikuti jabatan tangan oleh keduanya.
“Bagaimana apa kita bisa berangkat sekarang?” tanya Dani.
“Tentu saja” jawab Aleta.
“Baiklah” Dani segera meletakkan beberapa tas miliknya
kedalam troli yang telah lebih dulu diisi tas milik Aleta.
“Aku pamit dulu ya” Aleta menatap Andrea yang berdiri
tepat didepannya. “Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan. Tetap kejar
cita-citamu” Aleta mencium lembut pipi Andrea walaupun membuatnya sedikit
menjinjit.
“Baiklah. Kau juga jangan lupa jaga kesehatanmu dan tak
lupa aku mengingatkanmu jangan tidur terlalu larut. Aku akan baik-baik saja
selama kau juga baik-baik saja disana” Andrea memegang erat kedua tangan Aleta.
Panggilan keberangkatan menuju Spanyol telah berbunyi.
Aleta segera melepaskan genggaman tangan Andrea dan mengajak Dani untuk menuju
pintu keberangkatan.
^^^
Pagi ini suasana kota Barcelona nampak sedikit lebih
ramai dari biasanya dikarenakan ini adalah akhir pekan. Aleta terlihat sedang
mempersiapkan sesuatu ditemani Mrs. Maria, mereka ingin membuat makanan spesial
untuk Mr. Louis yang akan pulang dari Madrid siang ini.
“Bagaimana dengan pekerjaanmu? Apakah sudah ada proyek
baru?” tanya Mrs. Maria yang sedang mencuci beberapa potongan kentang.
“Untuk saat ini belum ada. Karena untuk pembangunan
gedung yang baru, akan dimulai pada satu bulan kedepan. Apa mommy memiliki
rancangan proyek baru yang harus aku selesaikan?” jawab Aleta.
“Hahaha tidak nak. Rancangan proyek mommy sudah
dikerjakan dan akan selesai sebentar lagi” Mrs. Maria tersenyum. “Oh ya,
bagaimana dengan ... sebentar, itu sepertinya ponselmu berdering. Cepat angkat
dulu, siapa tau itu penting” ucap Mrs. Maria tersenyum.
“Baiklah. Aku tinggal sebentar” Aleta tersenyum dan
segera menjawab telfonnya.
“Halo, selamat pagi. Bagaimana kabarmu?” ucap Andrea
membuka percakapan.
“Selamat pagi, kabar baik untukku. Bagaimana denganmu?
Apa rencanamu untuk hari ini?” tanya Aleta.
“Selalu baik untukmu. Rencanaku hari ini tetap sama,
membuat rancangan proyek baru” jawab Andrea.
“Tetap semangat. Aku selalu mendukungmu dari sini” ucap
Aleta. “Apa kau sudah sarapan?” lanjutnya.
“Belum. Tapi kau tenang saja, sebentar lagi aku akan
membuat sarapanku” ucap Andrea.
“Jangan menunda waktu sarapanmu, kau mengerti?” ucap
Aleta. “Ya sudah, buatlah sarapanmu dan segeralah makan. Kita lanjutkan lagi
nanti, sekarang aku sedang membantu mommy menyiapkan makanan untuk daddy yang
akan pulang dari Madrid siang ini”
“Baiklah jika seperti itu. Oh ya, titipkan salamku untuk
mommy ya. Katakan padanya kalau aku menyayangi putrinya” goda Andrea.
“Hmm.. kau ini ada-ada saja. Berhentilah menggodaku
seperti itu” Aleta tersipu.
“Ya sudah aku membuat sarapanku dulu. Selamat pagi” ucap
Andrea.
“Baiklah. Selamat pagi” ucap Aleta menutup telfon.
^^^
Keadaan malam di kota Barcelona terlihat begitu indah,
cahaya bulan dan taburan bintang menghiasi indahnya malam ini. Aleta terlihat
masih disibukkan dengan laptop dan beberapa kertas dihadapannya walaupun disaat
liburan seperti ini. Gadis itu tidak pernah benar-benar melepaskan pekerjaannya
begitu saja, ia ingin memastikan apakah pembangunan pelabuhan baru itu berjalan
lancar.
Ada sebuah e-mail masuk dari Mr. Eugene yang ditujukan
kepadanya. Dengan segera ia membuka e-mail itu. Dalam surat itu Mr. Eugene
menerangkan bahwa salah satu investor yang membantu pembangunan pelabuhan di
Amsterdam terpaksa dihentikan karena terlibat kasus korupsi. Ia meminta bantuan
Aleta agar membantunya mencarikan salah seorang investor baru, dikarenakan
kurangnya suntikan dana yang digunakan untuk pembangunan pelabuhan itu.
Terlihat sedikit mimik cemas pada wajah Aleta. Gadis itu
benar-benar harus memutar otak malam ini, sebelum akhirnya nama Dani terlintas
dikepalanya. Ia segera mencari nama lelaki itu dalam kontak ponselnya dan
segera melakukan panggilan.
“Halo, selamat malam” sapa Aleta setelah mendapatkan
jawaban dari telfonnya. “Apakah aku mengganggumu?” lanjutnya.
“Ya selamat malam. Haha kau kan temanku, mana mungkin aku
merasa terganggu olehmu” Dani tertawa. “Oh ya, ada apa kau menghubungiku
malam-malam seperti ini? Ada yang bisa ku bantu?” tanya Dani.
“Terima kasih atas waktumu” ucap Aleta. “Hmm.. aku ingin
mengajakmu bertemu besok. Apa kau bisa?” tanya Aleta.
“Tentu saja bisa, tapi saat ini aku sedang tidak berada
di Spanyol. Hmm.. sebentar, ada apa kau ingin bertemu denganku? Sepertinya ini
cukup penting?” tanya Dani.
“Aku ingin meminta bantuan terkait pembangunan pelabuhan
yang pernah aku ceritakan kepadamu. Jadi seperti ini, kami membutuhkan satu
investor baru untuk pembangunan pelabuhan itu. Sebab salah satu investor yang
membantu kami terlibat kasus korupsi, sehingga terpaksa kami menghentikan
kerjasama dengannya dan semua dana yang telah ia berikan pun telah kami
kembalikan” ucap Aleta. “Apa kau mau menjadi investor untuk perusahaan kami? Ku
mohon” pinta Aleta.
“Baiklah, aku akan memberikan suntikan dana untuk
pembangunan itu. Kirimkan saja proposalnya, akan segera aku tandatangani
proposalmu itu setibanya disini. Kau tenang saja” jawab Dani.
“Kau serius? Baiklah akan segera kubuatkan proposalnya.
Terima kasih banyak untukmu, entah bagaimana caraku membalasnya” ucap Aleta.
“Kau dimana sekarang? Biar besok aku menemuimu” tanya Aleta.
“Haha.. kau tidak perlu membalas apapun untukku. Asal kau
tetap menjadi sahabatku dan tidak berbohong lagi kepadaku itu sudah cukup” ucap
Dani. “Saat ini aku telah kembali ke Amsterdam”
“Hmm.. oke, besok aku akan berangkat ke Amsterdam untuk
memberikan proposal itu” ucap Aleta. “Baiklah, selamat malam dan sekali lagi
terima kasih banyak untukmu”
“Yup.. sama-sama, itu sudah kewajiban perusahaan kami
untuk membantu pendanaan bagi perusahaan lain” Dani tersenyum. “Baiklah,
selamat malam”
^^^
Siang ini Aleta telah tiba di kota Amsterdam. Gadis itu
sengaja tidak memberitahu Andrea mengenai kedatangannya. Dengan menggunakan
taksi, Aleta telah tiba di depan pintu apartemen Andrea dan segera membukanya.
“Ehem..” ucap Aleta setelah berhasil masuk tanpa
sepengetahuan Andrea.
Sontak suara Aleta membuat Andrea yang sedang
mengotak-atik ponselnya segera mendongak menghadap gadis disisi kiri kursi yang
ia tempati.
“Hei, mengapa kau tidak memberitahuku jika kau akan
datang” Andrea segera memeluk kekasihnya itu.
“Aku sengaja ingin memberikan kejutan kepadamu” ucap
Aleta tersenyum.
“Haha kau ini, ada-ada saja” Andrea mengelus pelan puncak
kepala Aleta. “Oh ya, ada apa kau datang kesini?” tanya Andrea.
“Aku ingin bertemu Dani untuk menyerahkan proposal ini”
ucap Aleta sembari menunjukkan amplop cokelat yang sedari tadi digenggamannya.
“Proposal untuk apa itu?” tanya Andrea menyelidik.
“Ini proposal yang ditujukan kepada perusahaan Lyondell
tempat ia bekerja. Kami ingin meminta bantuan masalah suntikan dana pada
pembangunan pelabuhan yang didirikan disini, dikarenakan salah satu investor
kami terlibat kasus korupsi” ucap Aleta menjelaskan.
“Baiklah, kau boleh bertemu dengan Dani sore nanti. Dan
sekarang aku meminta kepadamu untuk beristirahatlah, kau pasti sangat lelah”
pinta Andrea sembari membawa koper kecil milik Aleta menuju kamar yang biasa
gadis itu gunakan dan diikuti Aleta setelahnya.
“Hmm.. oke baiklah aku akan beristirahat” ucap Aleta.
^^^
Di tengah perjalanan menuju perusahaan Lyondell, Aleta
hanya menyibuknya diri dengan memeriksa kembali lembaran yang ada di dalam map
plastik miliknya. Gadis itu sama sekali tidak memperdulikan lelaki di kursi
kemudi yang sedari tadi memperhatikannya.
“Apa kau bisa menghentikan aktivitasmu? Ayolah, bukankah
tadi kau sudah memeriksanya sebelum berangkat dan kau telah mengatakan padaku
bahwa berkasmu telah lengkap. Apa lagi yang kau lakukan dengan map itu?” ucap
Andrea.
“Hah, tidak. Aku hanya memeriksanya kembali, tapi jika
kau tidak ingin aku melakukannya, baiklah akan ku hentikan” Aleta tersenyum.
“Huft.. menyebalkan!” umpat Andrea yang sukses membuat
Aleta terdiam.
“Apa katamu tadi? Menyebalkan?” Aleta mengulang kembali
ucapan Andrea. “Hey, aku hanya ingin memastikan semua berkasnya lengkap dan
tidak ada yang tertinggal. Itu saja, lagi pula aku telah ... maaf sebentar”
Aleta menghentikan ucapannya dan segera mengambil ponselnya yang berdering.
‘Mr. Eugene’
Aleta segera men-slide layar ponselnya setelah membaca
nama itu.
“Halo, selamat sore tuan” sapa Aleta.
“Ya, selamat sore” sapa Mr. Eugene. “Saat ini aku telah
tiba di Spanyol, mohon agar kau segera mengirimkan alamat perusahaan Lyondell
itu. Aku akan segera menemui manajer mereka setelah menyelesaikan semua surat
kepindahan perusahaan ini, dikarenakan kita akan membangun banyak proyek di
Spanyol. Lagi pula bangunan gedung utamanya telah selesai, jadi aku putuskan
akan lebih baik jika kita segera pindah. Masalah investor, aku percayakan semua
kepadamu” lanjutnya.
“Oke, baiklah Tuan. Jika aku boleh tau, kapan kita dapat
segera menempati gedung itu?” tanya Aleta.
“Mungkin sekitar dua atau tiga hari lagi. Ya, paling lama
sekitar satu minggu lagi. Ya sudah, semoga sukses dengan tugasmu. Selamat sore”
ucap Mr. Eugene.
“Selamat sore Tuan” ucap Aleta menutup telfon dan segera
mengirimkan alamat perusahaan Lyondell kepada Mr. Eugene.
“Sepertinya kau selalu sibuk saat bersamaku” ucap Andrea
sesaat setelah Aleta menutup telfonnya.
“Berhenti disini saja. Itu perusahaannya” ucap Aleta yang
terlihat tidak ingin menanggapi ucapan Andrea, karena hanya akan membuat
pertengkaran lagi.
“Aku
tidak dapat menunggumu disini, masih banyak tugas yang harus aku selesaikan.
Jika kau sudah selesai hubungi aku, biar nanti aku menjemputmu. Kau mengerti?”
tanya Andrea.
“Baiklah
tidak masalah. Selesaikanlah tugasmu” Aleta tersenyum.
“Baiklah” ucap Andrea singkat dan segera berlalu
setelahnya.
^^^
Aleta yang telah tiba di ruangan Dani, diminta oleh salah
seorang karyawan perusahaan untuk menunggu sebentar dikarenakan manajer mereka
sedang melakukan meeting. Gadis itu segera mengalihkan pandangannya kearah
pintu utama ruangan itu sesaat setelah knop pintu itu terbuka.
“Hi, maafkan aku membuatmu menunggu” ucap Dani sembari
menutup pintu. “Silahkan duduk” pinta Dani.
“Baiklah, terima kasih” ucap Aleta.
“Jadi bagaimana, mana proposal yang harus aku tanda
tangani?” tanya Dani.
“Ini, silahkan dibaca dahulu agar tidak terjadi kesalah
pahaman” ucap Aleta sembari menyodorkan map miliknya. “Oh ya, Tuan Eugene ingin
bertemu denganmu. Apa kau ada waktu untuknya?” tanya Aleta.
“Oh ya tentu saja, kapan ia akan menemuiku?” tanya Dani
sembari menandatangani proposal itu.
“Tadi ia mengatakan kepadaku bahwa ia akan menemuimu
setelah menyelesaikan masalah kepindahan perusahaan kami ke Spanyol. Hmm.. tapi
tidak mungkin rasanya jika semuanya dapat berjalan dengan cepat” ucap Aleta.
“Bagaimana jika besok? Kebetulan besok aku ingin melihat
sejauh mana pembangunan pelabuhan itu. Jadi kita dapat bertemu disana. Bagaimana?”
tanya Dani.
“Oke, baiklah jika seperti itu. Akan ku beritahu
kepadanya nanti” ucap Aleta. “Aku pulang dulu, terima kasih untuk bantuannya”
lanjut Aleta sembari menyodorkan tangannya.
“Baiklah, sama-sama” ucap Dani membalas jabatan tangan
Aleta.
^^^
Setibanya dilantai dasar perusahaan itu, Aleta segera
menghubungi kekasihnya. Tidak ada jawaban. Gadis itu memutuskan untuk menunggu
Andrea di halte yang tak jauh dari perusahaan itu. Dan kembali mencoba
menghubunginya, lagi-lagi tidak ada jawaban dari telfonnya.
Tak berapa lama, ponsel milik Aleta berdering. Gadis itu
segera menjawab panggilan masuk dari Andrea.
“Apa kau sudah selesai?” tanya Andrea.
“Ya. Apa kau bisa menjemputku?” tanya Aleta.
“Tentu saja. Sebentar lagi aku akan menjemputmu” jawab Andrea.
“Baiklah” ucap Aleta singkat dan segera memutuskan
telfonnya.
Setelah menunggu cukup lama, Aleta kembali menghubungi
Andrea yang tak kunjung menjemputnya. Tidak ada jawaban. Berkali-kali Aleta
menghubunginya, berkali-kali pula ia tak mendapatkan jawaban dari telfonnya.
Gadis itu melihat jam tangan silver miliknya, waktu telah
menunjukkan pukul 06:30 pm. Ia akhirnya memutuskan untuk pulang menggunakan
taksi.
^^^
Setibanya di apartemen Andrea, gadis itu segera membuka
pintu utama apartemen. Andrea yang sedang menggunakan mantelnya, segera memutar
penglihatannya menuju pintu itu.
“Apa kau tidak bisa menungguku sebentar saja?” tanya
Andrea setelah melihat keberadaan Aleta disana. “Aku baru saja menyelesaikan
pekerjaanku dan akan menjemputmu. Tapi lihat, kau justru pulang menggunakan
taksi. Bagaimana jika terjadi sesuatu kepadamu?” tanya Andrea.
“Aku tidak bisa menunggumu?” Aleta menatap tajam lelaki
dihadapannya. “Apa kau lihat jam berapa aku tadi menghubungimu? Aku sudah
hampir satu jam menunggumu di sana, di halte itu. Aku pulang bukan karena aku
tidak ingin menunggumu lebih lama, tapi karena beberapa orang yang ada
disekitaran halte itu, mereka semua menatapku dengan tatap aneh. Bukankah kau
sendiri yang mengatakan bahwa keamanan disini masih diragukan. Jika kau tidak
ingin sesuatu terjadi padaku, segeralah jemput aku apabila aku memintamu untuk
menjemputku atau justru akan lebih baik jika kau membiarkanku pulang sendiri
dan jangan mengatakan kau akan menjemputku jika kau tidak bisa melakukan itu” lanjut
Aleta yang segera menuju ruang tidur setelahnya.
“Terserah kau saja!” balas Andrea ketus.
Aleta yang mendengar ucapan Andrea hanya menghembuskan
nafasnya. Airmata kini telah memenuhi pelupuk mata gadis itu. Dengan segera ia
menghapus air matanya.
^^^
Pagi ini Aleta telah tiba di pelabuhan tempat dimana ia
ditugaskan, gadis itu sangat menyukai pemandangan disana. Dani yang melihat
keberadaan Aleta, segera menghampirinya.
“Hi, selamat pagi. Bagaimana kabarmu?” sapa Dani.
“Hi. Kabar baik untukku” ucap Aleta. “Bagaimana
denganmu?”
“Kabar baik untukku” Dani tersenyum. “Apakah Tuan Eugene
sudah datang?” tanya Dani.
“Aku belum melihat keberadaannya disini. Mungkin sebentar
lagi” jawab Aleta.
“Baiklah, tidak masalah” ucap Dani. “Oh ya, apa yang
menyebabkan perusahaanmu memindahkan kantor utamanya ke Spanyol?” tanya Dani.
“Tidak ada suatu alasan khusus untuk itu, hanya saja kami
ingin membangun beberapa anak perusahaan disana. Keinginan kami untuk pindah ke
Spanyol pun sudah lama, namun karena pembangunannya yang belum selesai. Setelah
semuanya selesai kami akan segera pindah” jawab Aleta. “Itu sepertinya Mr.
Eugene” mata Aleta melihat ke suatu arah yang membuat Dani pun melihat ke arah
yang dimaksudnya.
“Selamat pagi Tuan. Dani. Senang bertemu denganmu” sapa
Mr. Eugene menyodorkan tangannya.
“Ya, selamat pagi Tuan Eugene. Terima kasih” ucap Dani
membalas jabatan tangan Mr. Eugene.
“Sama-sama” ucap Mr. Eugene. “Inilah pembangunan yang
sedang kami kerjakan saat ini. Terima kasih atas kesedian perusahaan Anda untuk
membantu penyuntikan dana bagi perusahaan kami” lanjut Mr. Eugene.
“Sama-sama. Itu sudah menjadi kewajiban perusahaan kami
untuk membantu memberikan suntikan dana kepada perusahaan manapun” ucap Dani.
^^^
Sore ini setelah menemani pertemuan antara Mr. Eugene dan
Dani, Aleta memutuskan untuk segera pulang ke Spanyol dan kembali menikmati
liburannya, gadis itu tidak ingin lebih lama lagi berada disini. Aleta dan Dani
memutuskan untuk singgah sebentar di kafe bandara, sebuah koper kecil terlihat
disalah satu sisi meja itu.
“Jadi apakah kau tidak akan datang ke Amsterdam lagi?”
tanya Dani.
“Entahlah. Mungkin aku hanya akan sekedar datang tanpa
ada niatan untuk menginap” jawab Aleta yang menatap kosong pandangan
didepannya.
“Kau tidak seharusnya berkata seperti itu. Kau dapat
menginap di apartemenku” ucap Dani.
“Tidak, terima kasih. Kau telah banyak menolongku, aku
tidak ingin merepotkanmu. Senang dapat mengenalmu disini” ucap Aleta tersenyum.
“Lalu, bagaimana dengan Andrea?” tanya Dani yang membuat
Aleta memutar pandangannya menatap lelaki dihadapannya itu.
“Dia sepertinya akan lebih bahagia jika tanpa aku
disisinya. Karena aku tidak akan lagi membuatnya marah seperti dulu, yang mana
hampir setiap kali kami bertemu selalu kemarahan menjadi teman setianya.
Mungkin sekarang kehadiranku sudah bukan merupakan kebahagiannya lagi,
melainkan sebuah kemarahan baginya. Entah apa yang membuatnya berubah seperti
ini. Sudah cukup aku bersamanya, mungkin memang sepantaskan aku mencintainya
dari kejauhan. Tanpa pernah berharap bertemu. Apa artinya pertemuan kami, jika
ia masih saja mengutamakan ke egoisannya” ucap Aleta.
“Apa kau tidak memberitahunya tentang keberangkatanmu
ini?” tanya Dani.
“Aku tidak memberitahunya secara langsung, karena aku tau
ia pasti akan marah jika mengetahui aku pulang secepat ini. Aku telah
mengirimkan pesan singkat kepadanya. Kau tenang saja, aku dan dia akan tetap
bersama. Hanya saja saat ini hubungan kami yang kurang baik” Aleta tersenyum.
Panggilan keberangkatan telah berbunyi. Aleta segera
menuju pintu keberangkatan ditemani Dani.
“Aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik” ucap Aleta. “Oh
ya, jika Andrea menanyakan apapun tentangku, katakan padanya bahwa aku akan
baik-baik saja. Selamat tinggal” lanjut Aleta yang kemudian berjalan memasuki pintu
keberangkatan.
--THE END--
Komentar
Posting Komentar