Enough! (Part 2)

         Siang ini kota Amsterdam masih diselimuti cuaca dingin walaupun matahari memancarkan cahayanya, namun sinarnya tetap mengalah pada dinginnya angin. Dengan cepat Aleta membuka pintu apartemen lima lantai tersebut.
            “Apa kau sudah memesankan tiket untukku?” tanya Aleta pada seseorang diseberang telfon. Ya ini adalah hari terakhir Aleta di negara penghasil bunga tulip itu.
            Andrea tersontak mendengar pertanyaan Aleta yang memang bukan ditujukan kepadanya. Segera ia menghampiri Aleta dan meninggalkan laptopnya yang sudah beberapa jam menemaninya.
            “Kau yakin akan segera pulang secepat ini?” tanya Andrea yang sedikit membuat Aleta mematung.
            ‘Mengapa kau begitu perduli disaat aku akan meninggalkanmu? Sementara selama satu minggu disini hanya pertengkaran yang ku dapat darimu hampir di setiap hari’ batin Aleta.
“Hmm.. oke baiklah. Nanti kita sambung lagi. Bye” ucap Aleta memutuskan telfonnya. “Ya, aku akan pulang. Tugasku telah selesai disini” Aleta tersenyum sempurna.
            “Apa kau tidak ingin tinggal lebih lama lagi? Untuk sekitar dua atau tiga hari lagi mungkin? Setelah itu aku akan ikut denganmu ke Belgia” tanya Andrea.
            “Hmm.. aku tidak ingin merepotkanmu. Lagi pula aku tidak pulang ke Belgia melainkan ke Spanyol” jawab Aleta tersenyum. “Aku telah menyelesaikan tugasku disini dan belum ada tawaran pekerjaan baru dari perusahaan untukku. Sehingga aku memutuskan untuk pulang ke Barcelona” lanjutnya.
            “Itu artinya kau tidak akan datang ke Amsterdam lagi?” tanya Andrea.
            “Aku tidak bisa menjanjikan itu” jawab Aleta. “Kau jangan khawatir. Kita akan baik-baik saja. Ini bukan untuk pertama kalinya kita berjauhan, bukankah sebelumnya kita selalu seperti ini? Bertemu dan kemudian kembali berjauhan. Aku yakin hatimu mampu untuk ini. Apa kau ingat kita pernah melewatkan satu tahun tanpa bertemu sama sekali. Jadi untuk sekedar berjauhan lagi itu bukanlah hal yang sulit. Percayalah”
            Andrea segera menarik tubuh Aleta kedalam pelukannya dan mengecup lembut puncak kepala gadis itu.
            “Kapan kau akan berangkat ke Spanyol?” tanya Andrea.
            “Besok pagi. Aku mendapatkan tiket penerbangan pukul sembilan tiga puluh” jawab Aleta.
            “Baiklah. Besok aku akan mengantarmu ke bandara” ucap Andrea.
            “Hmm.. Oke tidak masalah” Aleta tersenyum.
^^^
            Keadaan bandara pagi itu belum nampak begitu ramai. Aleta yang ditemani Andrea memutuskan untuk duduk disalah satu kursi yang berada tak jauh dari pintu keberangkatan. Beberapa tas milik Aleta telah tersusun rapi di troli.
            “Apa dia sudah datang?” tanya Andrea.
            “Belum. Tapi tunggu sebentar, itu sepertinya Dani” jawab Aleta sembari melihat kesalah satu arah.
            “Hi, maafkan aku membuat kalian menunggu. Tadi aku sedikit terjebak kemacetan” sapa Dani.
            “Tidak masalah, lagi pula aku belum terlalu lama menunggu” ucap Aleta tersenyum. “Oh iya, kenalkan ini Andrea yang sering aku ceritakan padamu dan Andrea kenalkan ini Dani temanku yang juga berasal dari Barcelona” lanjut Aleta yang kemudian diikuti jabatan tangan oleh keduanya.
            “Bagaimana apa kita bisa berangkat sekarang?” tanya Dani.
            “Tentu saja” jawab Aleta.
            “Baiklah” Dani segera meletakkan beberapa tas miliknya kedalam troli yang telah lebih dulu diisi tas milik Aleta.
            “Aku pamit dulu ya” Aleta menatap Andrea yang berdiri tepat didepannya. “Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan. Tetap kejar cita-citamu” Aleta mencium lembut pipi Andrea walaupun membuatnya sedikit menjinjit.
            “Baiklah. Kau juga jangan lupa jaga kesehatanmu dan tak lupa aku mengingatkanmu jangan tidur terlalu larut. Aku akan baik-baik saja selama kau juga baik-baik saja disana” Andrea memegang erat kedua tangan Aleta.
            Panggilan keberangkatan menuju Spanyol telah berbunyi. Aleta segera melepaskan genggaman tangan Andrea dan mengajak Dani untuk menuju pintu keberangkatan.
^^^
            Pagi ini suasana kota Barcelona nampak sedikit lebih ramai dari biasanya dikarenakan ini adalah akhir pekan. Aleta terlihat sedang mempersiapkan sesuatu ditemani Mrs. Maria, mereka ingin membuat makanan spesial untuk Mr. Louis yang akan pulang dari Madrid siang ini.
            “Bagaimana dengan pekerjaanmu? Apakah sudah ada proyek baru?” tanya Mrs. Maria yang sedang mencuci beberapa potongan kentang.
            “Untuk saat ini belum ada. Karena untuk pembangunan gedung yang baru, akan dimulai pada satu bulan kedepan. Apa mommy memiliki rancangan proyek baru yang harus aku selesaikan?” jawab Aleta.
            “Hahaha tidak nak. Rancangan proyek mommy sudah dikerjakan dan akan selesai sebentar lagi” Mrs. Maria tersenyum. “Oh ya, bagaimana dengan ... sebentar, itu sepertinya ponselmu berdering. Cepat angkat dulu, siapa tau itu penting” ucap Mrs. Maria tersenyum.
            “Baiklah. Aku tinggal sebentar” Aleta tersenyum dan segera menjawab telfonnya.
            “Halo, selamat pagi. Bagaimana kabarmu?” ucap Andrea membuka percakapan.
            “Selamat pagi, kabar baik untukku. Bagaimana denganmu? Apa rencanamu untuk hari ini?” tanya Aleta.
            “Selalu baik untukmu. Rencanaku hari ini tetap sama, membuat rancangan proyek baru” jawab Andrea.
            “Tetap semangat. Aku selalu mendukungmu dari sini” ucap Aleta. “Apa kau sudah sarapan?” lanjutnya.
            “Belum. Tapi kau tenang saja, sebentar lagi aku akan membuat sarapanku” ucap Andrea.
            “Jangan menunda waktu sarapanmu, kau mengerti?” ucap Aleta. “Ya sudah, buatlah sarapanmu dan segeralah makan. Kita lanjutkan lagi nanti, sekarang aku sedang membantu mommy menyiapkan makanan untuk daddy yang akan pulang dari Madrid siang ini”
            “Baiklah jika seperti itu. Oh ya, titipkan salamku untuk mommy ya. Katakan padanya kalau aku menyayangi putrinya” goda Andrea.
            “Hmm.. kau ini ada-ada saja. Berhentilah menggodaku seperti itu” Aleta tersipu.
            “Ya sudah aku membuat sarapanku dulu. Selamat pagi” ucap Andrea.
            “Baiklah. Selamat pagi” ucap Aleta menutup telfon.

^^^
            Keadaan malam di kota Barcelona terlihat begitu indah, cahaya bulan dan taburan bintang menghiasi indahnya malam ini. Aleta terlihat masih disibukkan dengan laptop dan beberapa kertas dihadapannya walaupun disaat liburan seperti ini. Gadis itu tidak pernah benar-benar melepaskan pekerjaannya begitu saja, ia ingin memastikan apakah pembangunan pelabuhan baru itu berjalan lancar.
            Ada sebuah e-mail masuk dari Mr. Eugene yang ditujukan kepadanya. Dengan segera ia membuka e-mail itu. Dalam surat itu Mr. Eugene menerangkan bahwa salah satu investor yang membantu pembangunan pelabuhan di Amsterdam terpaksa dihentikan karena terlibat kasus korupsi. Ia meminta bantuan Aleta agar membantunya mencarikan salah seorang investor baru, dikarenakan kurangnya suntikan dana yang digunakan untuk pembangunan pelabuhan itu. 
            Terlihat sedikit mimik cemas pada wajah Aleta. Gadis itu benar-benar harus memutar otak malam ini, sebelum akhirnya nama Dani terlintas dikepalanya. Ia segera mencari nama lelaki itu dalam kontak ponselnya dan segera melakukan panggilan.
            “Halo, selamat malam” sapa Aleta setelah mendapatkan jawaban dari telfonnya. “Apakah aku mengganggumu?” lanjutnya.
            “Ya selamat malam. Haha kau kan temanku, mana mungkin aku merasa terganggu olehmu” Dani tertawa. “Oh ya, ada apa kau menghubungiku malam-malam seperti ini? Ada yang bisa ku bantu?” tanya Dani.
            “Terima kasih atas waktumu” ucap Aleta. “Hmm.. aku ingin mengajakmu bertemu besok. Apa kau bisa?” tanya Aleta.
            “Tentu saja bisa, tapi saat ini aku sedang tidak berada di Spanyol. Hmm.. sebentar, ada apa kau ingin bertemu denganku? Sepertinya ini cukup penting?”  tanya Dani.
            “Aku ingin meminta bantuan terkait pembangunan pelabuhan yang pernah aku ceritakan kepadamu. Jadi seperti ini, kami membutuhkan satu investor baru untuk pembangunan pelabuhan itu. Sebab salah satu investor yang membantu kami terlibat kasus korupsi, sehingga terpaksa kami menghentikan kerjasama dengannya dan semua dana yang telah ia berikan pun telah kami kembalikan” ucap Aleta. “Apa kau mau menjadi investor untuk perusahaan kami? Ku mohon” pinta Aleta.
            “Baiklah, aku akan memberikan suntikan dana untuk pembangunan itu. Kirimkan saja proposalnya, akan segera aku tandatangani proposalmu itu setibanya disini. Kau tenang saja” jawab Dani.
            “Kau serius? Baiklah akan segera kubuatkan proposalnya. Terima kasih banyak untukmu, entah bagaimana caraku membalasnya” ucap Aleta. “Kau dimana sekarang? Biar besok aku menemuimu” tanya Aleta.
            “Haha.. kau tidak perlu membalas apapun untukku. Asal kau tetap menjadi sahabatku dan tidak berbohong lagi kepadaku itu sudah cukup” ucap Dani. “Saat ini aku telah kembali ke Amsterdam”
            “Hmm.. oke, besok aku akan berangkat ke Amsterdam untuk memberikan proposal itu” ucap Aleta. “Baiklah, selamat malam dan sekali lagi terima kasih banyak untukmu”
            “Yup.. sama-sama, itu sudah kewajiban perusahaan kami untuk membantu pendanaan bagi perusahaan lain” Dani tersenyum. “Baiklah, selamat malam”
^^^
            Siang ini Aleta telah tiba di kota Amsterdam. Gadis itu sengaja tidak memberitahu Andrea mengenai kedatangannya. Dengan menggunakan taksi, Aleta telah tiba di depan pintu apartemen Andrea dan segera membukanya.
            “Ehem..” ucap Aleta setelah berhasil masuk tanpa sepengetahuan Andrea.
            Sontak suara Aleta membuat Andrea yang sedang mengotak-atik ponselnya segera mendongak menghadap gadis disisi kiri kursi yang ia tempati.
            “Hei, mengapa kau tidak memberitahuku jika kau akan datang” Andrea segera memeluk kekasihnya itu.
            “Aku sengaja ingin memberikan kejutan kepadamu” ucap Aleta tersenyum.
            “Haha kau ini, ada-ada saja” Andrea mengelus pelan puncak kepala Aleta. “Oh ya, ada apa kau datang kesini?” tanya Andrea.
            “Aku ingin bertemu Dani untuk menyerahkan proposal ini” ucap Aleta sembari menunjukkan amplop cokelat yang sedari tadi digenggamannya.
            “Proposal untuk apa itu?” tanya Andrea menyelidik.
            “Ini proposal yang ditujukan kepada perusahaan Lyondell tempat ia bekerja. Kami ingin meminta bantuan masalah suntikan dana pada pembangunan pelabuhan yang didirikan disini, dikarenakan salah satu investor kami terlibat kasus korupsi” ucap Aleta menjelaskan.
            “Baiklah, kau boleh bertemu dengan Dani sore nanti. Dan sekarang aku meminta kepadamu untuk beristirahatlah, kau pasti sangat lelah” pinta Andrea sembari membawa koper kecil milik Aleta menuju kamar yang biasa gadis itu gunakan dan diikuti Aleta setelahnya.
            “Hmm.. oke baiklah aku akan beristirahat” ucap Aleta.
^^^
            Di tengah perjalanan menuju perusahaan Lyondell, Aleta hanya menyibuknya diri dengan memeriksa kembali lembaran yang ada di dalam map plastik miliknya. Gadis itu sama sekali tidak memperdulikan lelaki di kursi kemudi yang sedari tadi memperhatikannya.
            “Apa kau bisa menghentikan aktivitasmu? Ayolah, bukankah tadi kau sudah memeriksanya sebelum berangkat dan kau telah mengatakan padaku bahwa berkasmu telah lengkap. Apa lagi yang kau lakukan dengan map itu?” ucap Andrea.
            “Hah, tidak. Aku hanya memeriksanya kembali, tapi jika kau tidak ingin aku melakukannya, baiklah akan ku hentikan” Aleta tersenyum.
            “Huft.. menyebalkan!” umpat Andrea yang sukses membuat Aleta terdiam.
            “Apa katamu tadi? Menyebalkan?” Aleta mengulang kembali ucapan Andrea. “Hey, aku hanya ingin memastikan semua berkasnya lengkap dan tidak ada yang tertinggal. Itu saja, lagi pula aku telah ... maaf sebentar” Aleta menghentikan ucapannya dan segera mengambil ponselnya yang berdering.
            ‘Mr. Eugene’
            Aleta segera men-slide layar ponselnya setelah membaca nama itu.
            “Halo, selamat sore tuan” sapa Aleta.
            “Ya, selamat sore” sapa Mr. Eugene. “Saat ini aku telah tiba di Spanyol, mohon agar kau segera mengirimkan alamat perusahaan Lyondell itu. Aku akan segera menemui manajer mereka setelah menyelesaikan semua surat kepindahan perusahaan ini, dikarenakan kita akan membangun banyak proyek di Spanyol. Lagi pula bangunan gedung utamanya telah selesai, jadi aku putuskan akan lebih baik jika kita segera pindah. Masalah investor, aku percayakan semua kepadamu” lanjutnya.
            “Oke, baiklah Tuan. Jika aku boleh tau, kapan kita dapat segera menempati gedung itu?” tanya Aleta.
            “Mungkin sekitar dua atau tiga hari lagi. Ya, paling lama sekitar satu minggu lagi. Ya sudah, semoga sukses dengan tugasmu. Selamat sore” ucap Mr. Eugene.
            “Selamat sore Tuan” ucap Aleta menutup telfon dan segera mengirimkan alamat perusahaan Lyondell kepada Mr. Eugene.
            “Sepertinya kau selalu sibuk saat bersamaku” ucap Andrea sesaat setelah Aleta menutup telfonnya.
            “Berhenti disini saja. Itu perusahaannya” ucap Aleta yang terlihat tidak ingin menanggapi ucapan Andrea, karena hanya akan membuat pertengkaran lagi.
“Aku tidak dapat menunggumu disini, masih banyak tugas yang harus aku selesaikan. Jika kau sudah selesai hubungi aku, biar nanti aku menjemputmu. Kau mengerti?” tanya Andrea.
“Baiklah tidak masalah. Selesaikanlah tugasmu” Aleta tersenyum.
            “Baiklah” ucap Andrea singkat dan segera berlalu setelahnya.
^^^
            Aleta yang telah tiba di ruangan Dani, diminta oleh salah seorang karyawan perusahaan untuk menunggu sebentar dikarenakan manajer mereka sedang melakukan meeting. Gadis itu segera mengalihkan pandangannya kearah pintu utama ruangan itu sesaat setelah knop pintu itu terbuka.
            “Hi, maafkan aku membuatmu menunggu” ucap Dani sembari menutup pintu. “Silahkan duduk” pinta Dani.
            “Baiklah, terima kasih” ucap Aleta.
            “Jadi bagaimana, mana proposal yang harus aku tanda tangani?” tanya Dani.
            “Ini, silahkan dibaca dahulu agar tidak terjadi kesalah pahaman” ucap Aleta sembari menyodorkan map miliknya. “Oh ya, Tuan Eugene ingin bertemu denganmu. Apa kau ada waktu untuknya?” tanya Aleta.
            “Oh ya tentu saja, kapan ia akan menemuiku?” tanya Dani sembari menandatangani proposal itu.
            “Tadi ia mengatakan kepadaku bahwa ia akan menemuimu setelah menyelesaikan masalah kepindahan perusahaan kami ke Spanyol. Hmm.. tapi tidak mungkin rasanya jika semuanya dapat berjalan dengan cepat” ucap Aleta.
            “Bagaimana jika besok? Kebetulan besok aku ingin melihat sejauh mana pembangunan pelabuhan itu. Jadi kita dapat bertemu disana. Bagaimana?” tanya Dani.
            “Oke, baiklah jika seperti itu. Akan ku beritahu kepadanya nanti” ucap Aleta. “Aku pulang dulu, terima kasih untuk bantuannya” lanjut Aleta sembari menyodorkan tangannya.
            “Baiklah, sama-sama” ucap Dani membalas jabatan tangan Aleta.
^^^
            Setibanya dilantai dasar perusahaan itu, Aleta segera menghubungi kekasihnya. Tidak ada jawaban. Gadis itu memutuskan untuk menunggu Andrea di halte yang tak jauh dari perusahaan itu. Dan kembali mencoba menghubunginya, lagi-lagi tidak ada jawaban dari telfonnya.
            Tak berapa lama, ponsel milik Aleta berdering. Gadis itu segera menjawab panggilan masuk dari Andrea.
            “Apa kau sudah selesai?” tanya Andrea.
            “Ya. Apa kau bisa menjemputku?” tanya Aleta.
            “Tentu saja. Sebentar lagi aku akan menjemputmu” jawab Andrea.
            “Baiklah” ucap Aleta singkat dan segera memutuskan telfonnya.
            Setelah menunggu cukup lama, Aleta kembali menghubungi Andrea yang tak kunjung menjemputnya. Tidak ada jawaban. Berkali-kali Aleta menghubunginya, berkali-kali pula ia tak mendapatkan jawaban dari telfonnya.
            Gadis itu melihat jam tangan silver miliknya, waktu telah menunjukkan pukul 06:30 pm. Ia akhirnya memutuskan untuk pulang menggunakan taksi.
^^^
            Setibanya di apartemen Andrea, gadis itu segera membuka pintu utama apartemen. Andrea yang sedang menggunakan mantelnya, segera memutar penglihatannya menuju pintu itu.
            “Apa kau tidak bisa menungguku sebentar saja?” tanya Andrea setelah melihat keberadaan Aleta disana. “Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku dan akan menjemputmu. Tapi lihat, kau justru pulang menggunakan taksi. Bagaimana jika terjadi sesuatu kepadamu?” tanya Andrea.
            “Aku tidak bisa menunggumu?” Aleta menatap tajam lelaki dihadapannya. “Apa kau lihat jam berapa aku tadi menghubungimu? Aku sudah hampir satu jam menunggumu di sana, di halte itu. Aku pulang bukan karena aku tidak ingin menunggumu lebih lama, tapi karena beberapa orang yang ada disekitaran halte itu, mereka semua menatapku dengan tatap aneh. Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa keamanan disini masih diragukan. Jika kau tidak ingin sesuatu terjadi padaku, segeralah jemput aku apabila aku memintamu untuk menjemputku atau justru akan lebih baik jika kau membiarkanku pulang sendiri dan jangan mengatakan kau akan menjemputku jika kau tidak bisa melakukan itu” lanjut Aleta yang segera menuju ruang tidur setelahnya.
            “Terserah kau saja!” balas Andrea ketus.
            Aleta yang mendengar ucapan Andrea hanya menghembuskan nafasnya. Airmata kini telah memenuhi pelupuk mata gadis itu. Dengan segera ia menghapus air matanya.
^^^
            Pagi ini Aleta telah tiba di pelabuhan tempat dimana ia ditugaskan, gadis itu sangat menyukai pemandangan disana. Dani yang melihat keberadaan Aleta, segera menghampirinya.
            “Hi, selamat pagi. Bagaimana kabarmu?” sapa Dani.
            “Hi. Kabar baik untukku” ucap Aleta. “Bagaimana denganmu?”
            “Kabar baik untukku” Dani tersenyum. “Apakah Tuan Eugene sudah datang?” tanya Dani.
            “Aku belum melihat keberadaannya disini. Mungkin sebentar lagi” jawab Aleta.
            “Baiklah, tidak masalah” ucap Dani. “Oh ya, apa yang menyebabkan perusahaanmu memindahkan kantor utamanya ke Spanyol?” tanya Dani.
            “Tidak ada suatu alasan khusus untuk itu, hanya saja kami ingin membangun beberapa anak perusahaan disana. Keinginan kami untuk pindah ke Spanyol pun sudah lama, namun karena pembangunannya yang belum selesai. Setelah semuanya selesai kami akan segera pindah” jawab Aleta. “Itu sepertinya Mr. Eugene” mata Aleta melihat ke suatu arah yang membuat Dani pun melihat ke arah yang dimaksudnya.
            “Selamat pagi Tuan. Dani. Senang bertemu denganmu” sapa Mr. Eugene menyodorkan tangannya.
            “Ya, selamat pagi Tuan Eugene. Terima kasih” ucap Dani membalas jabatan tangan Mr. Eugene.
            “Sama-sama” ucap Mr. Eugene. “Inilah pembangunan yang sedang kami kerjakan saat ini. Terima kasih atas kesedian perusahaan Anda untuk membantu penyuntikan dana bagi perusahaan kami” lanjut Mr. Eugene.
            “Sama-sama. Itu sudah menjadi kewajiban perusahaan kami untuk membantu memberikan suntikan dana kepada perusahaan manapun” ucap Dani.
^^^
            Sore ini setelah menemani pertemuan antara Mr. Eugene dan Dani, Aleta memutuskan untuk segera pulang ke Spanyol dan kembali menikmati liburannya, gadis itu tidak ingin lebih lama lagi berada disini. Aleta dan Dani memutuskan untuk singgah sebentar di kafe bandara, sebuah koper kecil terlihat disalah satu sisi meja itu.
            “Jadi apakah kau tidak akan datang ke Amsterdam lagi?” tanya Dani.
            “Entahlah. Mungkin aku hanya akan sekedar datang tanpa ada niatan untuk menginap” jawab Aleta yang menatap kosong pandangan didepannya.
            “Kau tidak seharusnya berkata seperti itu. Kau dapat menginap di apartemenku” ucap Dani.
            “Tidak, terima kasih. Kau telah banyak menolongku, aku tidak ingin merepotkanmu. Senang dapat mengenalmu disini” ucap Aleta tersenyum.
            “Lalu, bagaimana dengan Andrea?” tanya Dani yang membuat Aleta memutar pandangannya menatap lelaki dihadapannya itu.
            “Dia sepertinya akan lebih bahagia jika tanpa aku disisinya. Karena aku tidak akan lagi membuatnya marah seperti dulu, yang mana hampir setiap kali kami bertemu selalu kemarahan menjadi teman setianya. Mungkin sekarang kehadiranku sudah bukan merupakan kebahagiannya lagi, melainkan sebuah kemarahan baginya. Entah apa yang membuatnya berubah seperti ini. Sudah cukup aku bersamanya, mungkin memang sepantaskan aku mencintainya dari kejauhan. Tanpa pernah berharap bertemu. Apa artinya pertemuan kami, jika ia masih saja mengutamakan ke egoisannya” ucap Aleta.
            “Apa kau tidak memberitahunya tentang keberangkatanmu ini?” tanya Dani.
            “Aku tidak memberitahunya secara langsung, karena aku tau ia pasti akan marah jika mengetahui aku pulang secepat ini. Aku telah mengirimkan pesan singkat kepadanya. Kau tenang saja, aku dan dia akan tetap bersama. Hanya saja saat ini hubungan kami yang kurang baik” Aleta tersenyum.
            Panggilan keberangkatan telah berbunyi. Aleta segera menuju pintu keberangkatan ditemani Dani.
            “Aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik” ucap Aleta. “Oh ya, jika Andrea menanyakan apapun tentangku, katakan padanya bahwa aku akan baik-baik saja. Selamat tinggal” lanjut Aleta yang kemudian berjalan memasuki pintu keberangkatan.


--THE END--

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Enough! (Part 1)